Oleh : Friska Nurfajarwati, S.Pd.
Sekarang ini, banyak sekolah yang mulai menggalakkan program adiwiyata. Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif.
Sering kita menjumpai banyak sampah plastik bertebaran di lingkungan sekitar kita. Demikian juga halnya di sekolah. Hal ini disebabkan banyaknya kemasan makanan dan minuman instant yang dijual di masyarakat. Dan karena sampah plastik tidak dapat diuraikan oleh bakteri yang ada di dalam tanah, maka sampah plastik menjadi suatu kendala yang cukup berat untuk penanganan kebersihan di lingkungan, termasuk juga lingkungan sekolah. Hal inilah yang menyebabkan kita sebagai guru untuk berusaha mengajak para peserta didik untuk memanfaatkan limbah dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran IPA terdapat satu materi yang berisi tentang bahan-bahan tambahan dalam makanan, yaitu zat aditif. Sedangkan dalam tiap kemasan makanan atau minuman instant biasanya terdapat komposisi yang berisi tentang bahan pokok dan bahan tambahan pembuatan makanan atau minuman tersebut. Misalnya pada kemasan mi instant di bagian belakang terdapat KOMPOSISI :
MI: Tepung terigu, minyak nabati, tepung tapioka, garam, penstabil, pengatur keasaman, mineral (zat besi), pewarna (tartrazin CI 19140), antioksidan (TBHQ). BUMBU: Gula, garam, penguat rasa mononatrium glutamat (MSG), bubuk bawang putih, bubuk bawang bombay, perisa identik alami ayam (mengandung penguat rasa dinatrium inosinat dan guanilat), bubuk lada dan vitamin (A, B1, B6, B12, Niasin, Asam Folat, Pantotenat). MINYAK: Minyak nabati dan bawang merah. KECAP MANIS: Gula (mengandung sulfit), air. Pada minuman instant juga terdapat Komposisi: berperisa stroberi, Air, Gula, Pengatur keasaman asam sitrat, Konsentrat Stroberi (strawberry), Perisa Stroberi, Pengawet natrium benzoat, Pemanis buatan (natrium siklamat 19mg/kemasan dan asesulfam-K 18 mg/kemasan).
Pada mulanya para peserta didik merasa heran mengapa mereka harus membawa kemasan makanan dan minuman yang sering mereka konsumsi. Maka penulis mencoba menjelaskan bahwa tugas yang diberikan ada kaitannya dengan materi pembelajaran yang akan dibahas. Penulis menjelaskan bahwa pada setiap makanan yang dibuat terdiri dari bahan pokok dan bahan tambahan. Bahan tambahan yang ditambahkan pada makanan disebut zat aditif. Zat aditif meliputi pewarna, pemanis, pemberi rasa, pengwet, dan pengenyal. Zat aditif ada dua macam, yaitu zat aditif alami dan zat aditif buatan. Zat aditif alami lebih aman digunakan. Sementara zat aditif buatan berdampak kurang baik terhadap kesehatan bahkan diantaranya ada bahan yang berbahaya yang penggunaannya dilarang pada makanan, karena berdampak pada kesehatan bahkan menimbulkan kematian. Dari situlah para peserta didik mulai tertarik untuk mengamati komposisi tiap kemasan makanan atau minuman yang mereka beli, sehingga bungkus makanan atau minuman itu tidak dibuang begitu saja. Kemudian penulis menugaskan para peserta didik untuk mengkaji setiap komposisi dalam kemasan makanan dan minuman yang mereka bawa. Mengelompokkan setiap bahan yang tertera ke dalam kelompok pewarna, pemanis, pemberi rasa, pengwet, dan pengenyal alami atau buatan. Kemudian membuat analisis dampak yang ditimbulkan oleh setiap bahan terhadap kesehatan. Penulis juga memberi tugas pada peserta didik untuk menempelkan bungkus bekas makanan atau minuman yang mereka beli tersebut pada buku atau lembar tugas yang sudah mereka kerjakan. Dengan demikian mereka tidak akan membuang bungkus bekas makanan atau minuman itu begitu saja, karena ternyata dari bungkus bekas makanan atau minuman dapat mereka gunakan untuk belajar.
Dari pengalaman ini kita juga mendapat pelajaran berharga, bahwa ternyata kita dapat menarik perhatian para siswa untuk mengenali dan memanfaatkan apa saja yang ada di sekitar kita, bahkan sampah plastik pun dapat kita manfaatkan sebagai media pembelajaran. Oleh karena itu, kita sebagai guru diharapkan dapat mencari ide-ide kreatif yang bisa menarik perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran dan juga mengajarkan cara menjaga kesehatan dan melestarikan lingkungan dengan memanfaatkan limbah atau sampah sebagai bahan untuk belajar.
Penulis
Guru IPA SMPN 1 Kersamanah
Komentar Terbaru